Kaum Muda Harus Menyiapkan Diri
Isu atau wacana saatnya kaum muda berkiprah dalam pentas kepemimpinan nasional dan partai politik terus bergulir, terutama sejak peringatan sumpah pemuda pada Oktober lalu. Beberapa tokoh nasional bahkan regional pun meminta agar kaum muda diberikan kesempatan untuk menjadi pemimpin bangsa ini. Bagaimana pendapat Sutiyoso, salah satu tokoh regional yang kini mencalonkan diri sebagai kontentas pemilihan presiden di 2009 mendatang, tentang kaum muda yang berkeinginan merotasi kepemimpinan nasional. Berikut penuturan beliau kepada wartawan LPM INSTITUT Akhwani Subkhi, Selasa 22 Januari di Aula Student Center UIN Jakarta.
Apa komentar Anda mengenai kaum muda yang berkeinginan mengambil alih kepemimpinan nasional?
Setuju, memang harus kalau ada yang muda yang sudah siap majulah dia tapi, caranya harus demokrasi salah satunya adalah ikut kompetisi dia. Saya amat senang memang saat ini sudah ada yang siap. Andai kata belum ada, siapa pun yang menjadi pemimpin nanti harus menyiapkan kader yang saya katakan tadi pembantu-pembantunya harus sebagian anak muda yang potensial untuk diproyeksikan menjadi pemimpin nasional nantinya.
Apa yang harus dilakukan kaum muda agar dapat merebut kepemimpinan nasional?
Siapkan diri, itu tadi intelektualitas dan dia pernah belajar memimpin. Tidak bisa tiba-tiba memimpin negara yang sangat complicated ini.
Apakah Anda optimis kaum muda bisa menjadi pemimpin nasional?
Bisa, kalau dia siap. Karena itu siapkan diri dengan baik. Kalau dia tidak mempunyai modal yang cukup dalam arti modal yang tadi yaitu pengalaman maka orang tidak laku dan takut karena yang dipertaruhkan adalah 220 juta manusia.
Apa yang menjadi penghalang/ kendala bagi kaum muda dalam melakukan rotasi kepemimpinan nasional?
Ya, saat ini karena lewat partai politik, sedangkan partai politik masih nepotisme. Menurut saya tidak bisa merekrut kader-kader yang terbaik untuk nongol.
Menurut Anda apakah ada tokoh kaum muda yang sudah siap dan layak untuk menjadi pemimpin nasional di 2009?
Kalian yang bisa menilai bukan saya, masyarakat yang bisa menilai siapa yang paling layak gitukan. Jadi harus ditongolkan karena itu andai kata-andai kata lagi pun kalau saya jadi pun beberapa yang saya teropong potensial harus menjadi pembantu kita supaya dia menggantikan kita nanti. Pemimpin itu harus legowo tidak kepengen terus-terusan di situ.
Senin, 01 September 2008
Langganan:
Postingan (Atom)